#header img { max-width: 99%; max-height:90%; margin:1px 1px;padding:0px;} .post img { vertical-align:bottom; max-width:90%; max-height:90% } #navigation img { vertical-align:bottom; max-width:80%; }

Kamis, 27 Februari 2014

Kue Tradisional Bugis Makassar tetap Unggulan Di Negeri Sendiri

Kebutuhan masyarakat terhadap kue tradisional masih menjadi minat, juga pada masyarakat menengah ke atas. Peminat penganan kue tradisional ini, dapat menemukan hal tersebut, bahkan dilokasi strategis di kawasan bisnis :kedai, toko, minimarket ke supermarket. Home industry beratribut Panorama Food tak dapat dipandang sebelah mata. Butik kue tradisional yang berdiri sejak tahun 2002, cukup berkembang dengan target high-end customers, sebuah layanan produksi kue khas yang telah telah turun-temurun diolah oleh tenaga professional.
Dalam keberagaman suku bangsa dan budaya, banyak pula keaneka ragaman penganan yang dapat dihasilkan pada tiap-tiap daerah di Indonesia. Dengan rata-rata bahan yang digunakan pada panganan tradisional tersebut adalah bahan alami (tanpa campuran perasa dan pewarna), seperti kacang ijo santan kelapa, pandan wangi, kelapa, gula batu, tepung ketan, tepung beras, dan sebagainya dengan olahan berbagai kreasi dan kekhasan tiap daerah tersebut. Sungguh sebuah kearifan cita rasa juga dengan nilai kesehatan menjadi timbangan pilihan untuk menu penganan tersebut, selain memang enak, kue ini juga tidak mengandung bahan pengawet atau bahan lainnya yang bisa mengganggu kesehatan, inilah salah satu dari keunggulan kue tradisional
Kue tradisional, kenapa masih tetap eksis di pasaran sampai sekarang ini, kami dapati dalam banyak sumber bahkan pada negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam berbagai kue tradisional mengisi ruang gerai modern dan dengan tempat terhormat.
Kue tradisional produksi Maros,
Putu Kacang, Baruasa dan Wijen, tetap eksis di tengah persaingan kue modern
Alimin Ass( post .http://maroskearifanbudaya.blogspot.com/2011/05/)- “Permintaan kue tradisional Putu Kacang Produksi Maros, sampai sekarang ini masih tetap eksis, di tengah ketatnya persaingan aneka kue olahan yang menggunakan alat-alat modern, kue ini tetap dicintai banyak konsumen. pun jadi favorit di kalangan konsumen ekonomi menengah bawah sampai ekonomi atas, karena dibuat dari kacang ijo dengan kualitas terbaik sebagai bahan baku utamanya selain tepung beras.
Baruasa, Wijen dan terkhusus Putu Kacang ini, tidak saja disukai oleh konsumen untuk menu pagi dengan kopi atau teh hangat tetapi juga penganan ini dengan bahan dasar kacang ijo tadi sangat baik untuk menerapi penyakit maag, ketika aku mengkonsumsinya setiap pagi sebelum berangkat kerja “’ ujar Alimin,Ass, pedagang kue tradisional Bugis Makassar ini, yang melayangkan kuenya ke distributor kontak kue tersebut (29/5).
Dalam penelusuran jejak kue tradisional ini (Crew Maros Pappaseng), mengakui bahwa ketiga jenis penganan tradisional ini, sangat diminati sebagai sajian untuk pengiriman keluar daerah (oleh-oleh), sebagai kue lokalitas khas Sulawesi Selatan pada kerabat yg jauh di luar daerah.
Pada beberapa kegiatan rapat, pelatihan, seminar dan lainnya, baruasa, wijen dan putu kacang ini juga menjadi hidangan yang sangat menarik bersama jenis kue tradisional lainnya, kondisi ini mengindikasikan penganan tradisional ini, semakin dikenal oleh banyak konsumen termasuk kalangan atas.
Begitu pula dari segi keawetannya. Kue tradisional, yang berbahan dasar kacang ijo ini pada putu kacang, tepung beras kelapa dan gula batu pada baruasa dan wijen , tepung beras pada penganan wijen, dalam kealamian bahan dasar dari penganan ini tentu tanpa pengawet atau kalah awet, bila dibandingkan dengan bread dan cake yang menggunakan pengawet seperti, benzoat dan potassium, namun, inilah hal esensial dan kelebihan yang dimiliki penganan tradisional masy.Bugis Makassar, walaupun pembuatannya rumit dan harus telaten dalam mengolah penampilan kue tradisional agar jauh lebih menarik. “Warna putih ke cendrungan krem sungguh mewakili bahan dasar alami pembuatan kue tersebut, dapat dikatakan berbeda dengan bread dan cake yang mayoritas berwarna kecoklatan.,” jelas Kaimuddin.Mbck, kelahiran maros, usai melacak jejak keberadaan kue tradisional ini.
Dalam menghadapi persaingan, penampilan yang menarik, baik warna maupun bentuk, inilah yang harus ditonjolkan oleh produsen dan penjual kue tradisional sehingga mereka dapat terus eksis di tengah gempuran bread dan cake. “Persaingan pasti akan semakin berat dari tahun ke tahun. Jadi, masing-masing perlu menonjolkan kelebihan. Dan jangan lupa untuk terus kreatif dan inovatif,”

kue barongko
Barongko ataBuronggo adalah salah satu penganan khas asli Bugis. Barongko sangat mudah dijumpai dalam acara-acara adat, acara perjamuan dan kegiatan-kegiatan lain di daerah Bugis, seperti misalnya acara pengantin, Mappanre Temme(khatam Qur’an), sunatan, pengajian dan lain-lain. Biasanya kue Barongko yang juga kadang disebut Buronggo disajikan sebagai makanan penutup setelah makanan pokok. Penganan ini berbahan dasar pisang kepok matang yang dikukus dengan daun pisang.
Untuk membuat Barongko atau Buronggo, berikut ini resepnya :
Resep Masakan Barongko/Buronggo
Bahan:
  1. 8 buah pisang kapok matang
  2. 2 butir telur, kocok lepas
  3. 50 gram gula pasir
  4. ¼ sendok teh garam
  5. ¼ sendok teh vanili bubuk
  6. 100 ml santan dari ¼ butir kelapa
  7. Daun pisang untuk membungkus
Cara Membuat Kue Barongko :
  1. Kupas pisang, potong-potong, haluskan
  2. Tambahkan telur, gula pasir, garam, vanili, santan. Aduk hingga rata
  3. Ambil selembar daun pisang, masukkan 2 sendok makan adonan. Bungkus bentuk tum.
  4. Kukus 30 menit hingga matang
Selamat Mencoba…..

Putu Kacang

Standar
   kue kering khas Bugis Makassar yang paling   digemari oleh Wisatawan adalah Kue Putu Kacang. Jenis kue ini sangat enak rasanya. Kue berbahan dasar tepung beras dan berasa manis ini sangat rapuh sehingga perlu kehatian-hatian saat memegangnya. Berbeda dengan karasa, bagea yang terbuat dari tepung sagu justru lebih ” gemuk ” . Rasanya juga cukup manis dan memiliki rasa kacang atau wijen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar