#header img { max-width: 99%; max-height:90%; margin:1px 1px;padding:0px;} .post img { vertical-align:bottom; max-width:90%; max-height:90% } #navigation img { vertical-align:bottom; max-width:80%; }

Rabu, 26 Februari 2014

Badik Luwu

Badik Luwu Bugis La Makkonta’

Sejak beberapa bulan lalu saya menemukan hobi baru yang sebenarnya sudah lama ingin saya wujudkan. Hobi tersebut adalah menjadi seorang kolektor Badik – Keris khusus Made in Sulawesi. Ketertarikan saya ini dilandasai oleh kecintaan saya terhadap Tanah Asal saya yaitu Sulawesi yang ternyata History-nya sangat berhubungan dengan Benda Pusaka terkhusus pada Badik.
Kata Sulawesi ternyata berasal dari dua suku kata yaitu :
Sula : Pulau
Wesi : Besi
Apabila disatukan maka menjadi Sulawesi (Pulau Besi). Penamaan Sulawesi ini tentunya dilatar belakangi oleh banyaknya kandungan besi yang tedapat pada Pulau sulawesi yang dulunya berpusat di daerah Luwu.
Bahan baku besi tersebut yang banyak mengandung unsur titanium dan meteorit ternyata merupakan besi yang sangat baik untuk pembuatan Pusaka berpamor seperti Keris dan badik. Mungkin bersumber dari kondisi inilah sehingga di sulawesi semua orang terkhusus pada pria memiliki dan kerapkali membawa Badik.
dari kebiasaan tersebut Lahir sebuah ungkapan seperti ini :
“Tania Urane Narekko De’Namappunnai Kawali”
Artinya :
“Bukan Pria Jika Tidak Memiliki badik”
Tak hanya kata Sulawesi saja yang berhubungan denganPusaka Badik. Konon, Kata Celebes yang merupakan sebutan lain dari pulau sulawesi oleh orang Portugis ternyata berhubungan juga dengan keberadaan badik di Tanah Sulawesi.
Menurut sebuah kisah yang tidak jelas sumbernya, penamaan Celebes untuk pulau sulawesi bersumber dari kisah singkat berikut :
“Ketika Kapal Bangsa Portugis bersandar di Pulau sulawesi, salah satu Rombongan dari mereka (Bangsa Portugis) diperintahkan turun dari menemui masyarakat setempat untuk menanyakan nama dari Tempat mereka berada. Ketika orang portugis tersebut mendekati salah seorang warga, sontak warga tersebut memegang badik yang dia bawa sehingga secara spontan pandangan orang Postugis tersebut tertuju pada Badik yang warga Pegang. Lalu dalam bahasa portugis orang Portugis tersebut bertanya “Apakah Nama Kampung ini ?”
Warga yang tidak mengerti maksud pertanyaan tersebut mengira orang portugis ini bertanya “Apa nama benda yang engkau pegang itu ?”
Akhirnya warga tersebut menjawab “Sele Bessi” dimana Sele Bessi ini adalah nama lain dari Besi Pusaka.
Karena jawaban tersebut, orang Portugis ini menarik kesimpulan bahwa Nama kampung ini adalah Selebessi (Celebes).”
Itulah contoh history yang membuktikan bahwa orang-orang Sulawesi dari dulu sangat dekat dengan badik.
Dalam proses berburu benda-benda Pusaka ini banyak sekali pengalaman menarik yang saya temukan, sekaligus banyak persaudaraan yang terjalin dari sesama penggemar Pusaka Badik.
Salah satu pengalaman menarik saya adalah dengan berjodohnya saya dengan sebuah benda pusaka yang kami namai “Makkonta”.
Penamaan tersebut lahir dari beberapa pengalaman teman-teman yang mengaku seperti kesetrum dengan ujung benda pusaka ini.
Dalam bahasa Bugis, Kesetrum itu dibahasakan dengan kata “Konta” jadi “La Makkonta” Bisa diartikan dengan“Yang Menyetrum”
Meski tidak semua orang Mampu merasakan energi tersebut, namun beberapa teman mampu berasakan dan berani bersumpah sebagai pembuktian atas apa yang mereka rasakan.
Singkatnya, kami (saya) selaku pemiliki Benda Pusaka tidak keberatan apabila ada yang ingin membuktikan dan merasakan sendiri energi yang ada dalam Benda Pusaka ini.
Jika anda termasuk peka, maka insya Allah anda akan dapat merasakan.
Benda Pusaka ini saya akui adalah Garapan baru Oleh seorang Panre Dari Luwu bernama Panre Amri, yang menurut rekan-rekan masih memiliki Garis Keturunan dari Empu Baitullah Dan Empu Batara Guru dimana beliau adalah  Empu (Panre) pertama di Sulawesi.
Meski Garapan baru, tapi bahan pamor dibuat dari Pusaka Temuan berwujud Pedang Sinangke Dan Tombak, Pusaka Pedang dan Tombak ini ditemukan tertanam didalam tanah sehingga tidak utuh lagi. Bahan pusaka tua  inilah yang ditempa Ulang menjadi 3 Buah Badik. Dimana keduanya ditempa pada Bulan Ramadhan dengan Do’a dan niat tertentu dari Panrenya.
Pusaka ini memberi bukti pada saya  Bahwa tidak hanya pusaka Garapan Tua yang memiliki kelebihan, tapi meski garapan baru asal terbuat dari Bahan yang Bagus maka Insya Allah tidak kalah dengan Pusaka Sepuh.
Wujud dari Badik Luwu La Makkonta ini akan saya tampilkan pada Gambar Berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar